Pages

Kamis, 06 Mei 2010

Inilah Diriku


Terlahir sebagai anak pertama bukanlah hal yang mudah apalagi jika kita mempunyai adik-adik yang harus kita jaga, sekaligus menjadi asisten orangtua. Setidaknya begitulah hal yang diajarkan keluargaku, tidak ada mantan adik atau mantan kakak, dan juga mantan orang tua. Dengan didikan yang disiplin sedikit komunikasi seringkali terjadi kesalahpahaman, menimbulkan pertanyaan dan mencari jawaban di luar bukan di dalam, hal yang di luar belum tentu menjawab pertanyaan yang muncul di dalam. Haha, itulah jawaban yang ditemukan setelah lebih dari 10 tahun menjalani semuanya.

Apakah menyesal menjadi anak pertama, atau sebuah kebanggaan yang patut di acungi jempol. Media baik elektronik, massa sebagai pemberi informasi banyak member sumbangsih untuk mencari jati diri dari dunia luar, dan tidak hanya mengandalkan dari lingkungan sekitar, iya kalo anaknya suka bersosialisasi, juga masih banyak pertimbangan lainnya yang patut dipertimbangkan sebagai analisa apakah anak pertama itu merupakan beban bagi mereka atau sebuah kebanggaan yang melekat dan tidak akan pernah lepas sampai akhir hayat.

Merenung salah satu cara untuk lebih mengenal diri kita, dan disanalah pikiran memegang peranan yang sangat penting. Semua tindakan kita akan terarah dari “raja” dalam diri kita sendiri, apakah mau mengeluh atau melanjutkan apa yang telah kita terima, tanpa pernah menginterupsi mau jadi apa kita sebelum lahir, itulah kita manusia. Sebagai manusia selalu berkeluh kesah, itu hal manusiawi kata pak psikolog, jadi buat apa kita mengeluhkan peranan kita entah sebagai anak pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya bahkan meskipun kita anak ke 20 sekalipun. Kata ajaibnya yang sering disampaikan orang bijak adalah bersyukur, yah itulah kata-kata pamungkas yang dapat memupuskan ketidakpuasan atau bahkan keinginan yang menggebu-gebu.

Memegang peranan sebagai pengganti orang tua harus disyukuri merupakan kata-kata sangat mendalam, dibanding mengatakan sebagai pengganti orang tua ada suka dukanya..hehehe namanya juga manusia untuk mencapai pemahaman tertinggi harus terus belajar dari segala aspek kehidupan. Setidaknya itulah yang ku coba saat ini, dan tentulah aku kan selalu mengajak adik-adik juga rekan-rekan yang kenal dengan diriku, untuk apa? Jelas untuk sesuatu yang positiflah bukan hal yang negatif. Jangan tanya sampai kapan? Karena kita tidak pernah mengakrabkan diri dengan makhluk yang bernama “waktu” itu, jadi berusaha yang terbaik.. dan hal yang paling menakjubkan adalah bersyukur saat kita merasa banyak masalah..beuh beuh (ungkapan karla). Anak pertama menyenangkan, anak yang ditengah menyenangkan, anak terakhir menyenangkan seperti itulah bersyukur…hehe tentulah mudah mengungkapkan tapi sulit mempraktikan, itulah yang sering ku dengar dari orang-orang…ya orang-orang, tapi tidak untuk diriku karena aku adalah “raja” bagi tubuhku, aku memilih, aku putuskan dan bertanggung jawab atas apa yang kupikirkan….