Pages

Jumat, 02 April 2010

Hormati Cara Orang Lain Membentuk Dunianya

Setiap manusia memiliki serangkaian nilai dan kepercayaan yang melatarbelakangi setiap tingkahlakunya. Jika Anda berupaya mengubahnya sesuai keinginan Anda, hal ini bias menjadi tantangan atau kekecewaan. Kekecewaan muncul sebagai akibat tidak adanya perubahan nilai-nilai dan perilaku orang tersebut. Perubahan kecil yang akan Anda rasakan kemungkinan disebabkan rasa takut dan merasa sia-sia karena dengan cepat orang tersebut akan kembali ke kebiasaan lamanya.

Sebagai contoh, mari kita lihat kasus yang dialami teman saya, dia sangat tergila-gila pada basket. Dia ingin istrinya turut menonton tiap pertandingan bersamanya. Sang istri menolak karena dia tidak tertarik. Walau demikian dia tetap berusaha menunjukkan sedikit minat pada olahraga kegemaran suaminya. Tetapi tetap saja tidak dianggap cukup. Sulit dipercaya bahwa konflik kecil semacam ini dapat memicu perceraian.

Suatu hari, kami bertiga sepakat bertemu. Sepanjang waktu, teman saya terus-menerus menyerang istrinya dengan keluhan sang istri sama sekali tidak peduli pada dirinya. Dia gagal menyadari satu kebenaran bahwa dia dan istrinya adalah dua individu yang berbeda. Dia sangat yakin sang istri sudah tidak mencintainya lagi. Sang istri berurai air mata dan berkata, “Yang dia inginkan hanya menjadikan saya seperti dirinya. Memangnya kenapa kalau saya tidak menonton TV? Kenapa menjadi masalah?” seharusnya ini tidak perlu dibesar-besarkan.


Sambil berpura-pura bodoh, saya bertanya, ”Mengapa Anda berdua menikah? Coba pikirkan sebentar.” Mereka saling menatap dan sang istri menjawab, ”karena kami saling mencintai, ingin hidup bersama, berkeluarga dan berbahagia.” Dengan ekspresi berterimakasih, teman saya tampak menyetujuinya.

Akar permasalahannya terletak ketika teman saya menutup mata pada fakta bahwa kita sangat berbeda satu sama lain. Sang istri dan ketiga anak mereka tak berbuat apa-apa. Untungnya sang istri berpegang teguh pada tujuan utama pernikahan mereka: cinta dan keluarga. “Seandainya suami saya tidak terlalu membesar-besarkan perbedaan di antara kami, tentu tidak ada masalah perceraian. “Seiring upaya keliru untuk mengubah istrinya, teman saya tidak menyadari alangkah lucu dan anehnya jika ada orang yang persis seperti dirinya. Perlu beberapa waktu sampai akhirnya ia menyadari untuk lebih baik memahami perbedaan istrinya daripada bersusah payah mengubahnya.

Mereka setuju saling berbagi minat. Sang istri akan membaca buku menemani sang suami menonton pertandingan basket. Teman saya berjanji untuk memahami dan menerima minat istrinya pada karya-karya sastra. Walaupun sepertinya sepele, namun kesadaran untuk menghormati perbedaan antarindividu telah menyelamatkan perkawinan mereka.

Marge Pierce mengatakan, “Hidup kita adalah anugerah yang pertama, cinta adalah yang kedua, dan ketiga adalah pengertian.” Jadikan ini prinsip dalam hidup Anda. Cintai orang lain dan pahami mereka, maka Anda akan hidup lebih berbahagia. (I.E,2009)